Monday, October 13, 2008

NYANYIAN PANJANG BERIMA DAN LAMA

Sesuai dengan namanya, nyanyian panjang, penuturan lagu dengan irama tertentu, seperti nyanyian dengan penuturan yang memakan waktu yang lama, yaitu berjam jam lamanya. Nyanyian panjang merupakan salah satu genre atau bentuk folklore yang terdiri dari kata kata dan lagu, yang beredar secara lisan diantara para anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta mempunyai banyak varian. Nyanyian panjang dikenal luas oleh masyarakat pendukungnya. Ia hidup dan dihidupi oleh masyarakat tempat sastra lisan itu lahir, tumbuh dan berkembang serta menjadi budaya yang tak terpisahkan dari masyarakatnya.
Nyanyian panjang berasal dari bermacam macam sumber dan timbul dari berbagai macam media tetapi identitas folklornya yang beredar dalam peredaran lisan (oaral transmission). Nyanyian panjang terkenal juga dengan nama tembang panjang atau njang panjang. Dengan berbagai tema yang disuguhkan penutur kepada pendengar, Nyanyian panjang mendapatkan tempat dihati masyarakat pendukungnya adalah Nyanyian panjang Raden Alit dan Nyanyian panjang Sejarah Saman Diwa. Kisah kedua Nyanyian panjang tersebut telah ” membumi” ditengah masyarakat pendukungnya. Saat ini, Nyanyian panjang telah muncul dengan cerita cerita lisan yang beragam tetapi unsur “kepahlawanan” dengan sosok yang memiliki kegagahan dengan keberanian dan kelebihan yang luar biasa menjadi suguhan menarik bagi pendengarnya.
Nyanyian panjang dituturkan dengan bahasa masyarakat setempat, seperti bahasa Ogan, Bahasa Belide, dan bahasa Enim.
Dimasa lalu Nyanyian panjang dituturkan saat panen telah tiba, saat ada hajatan masyarakat, seperti pesta pernikahan, pada acara khitanan dan pada saat kelahiran bayi bahkan kalau ada orang yang meninggal dunia.
Penutur Nyanyian panjang umumnya adalah laki laki berusia matang. Kira kira diatas tiga puluh tahun.
Dalam Nyanyian panjang, kata kata dan lagu merupakan dwi tunggal yang tak dapat terpisahkan. Ketika penutur melantunkan Nyanyian panjang, teks ( kata kata) selalu dinyanyikan atau dilagukan oleh informan dan jarang sekali hanya disanjakkan. Namun antara teks yang satu dengan yang lainnya tidak selalu dinyanyikan dengan lagu atau irama yang sama. Sering pula, lagu yang sama sering dipergunakan untuk menyanyikan beberapa teks Nyanyian panjang yang berbeda.
Sifat Nyanyian panjang sering kali berubah ubah baik bentuk maupun isi. Itu bagian yang tak terpisahkan dari budaya lisan. Nyanyian panjang merupakan milik kolektif masyarakatnya dan luas pula peredarannya karena disampaikan dari mulut ke mulut. Penyebarannya melalui lisan, sehingga dapat menimbulkan varian varian.
Nyanyian rakyat yang tergolong pada nyanyian rakyat sesungguhnya menurut Brunvad dalam The Study of American Foklore An introduction adalah
(a) nyanyian rakyat yang berfungsi adalah nyanyian rakyat yang kata kata dan lagunya memegang peranan yang sama penting.
(b) Nyanyian rakyat yang bersifat liris, yang merupakan pencetusan rasa haru pengarangnya yang anonym itu, tampa menceritakan kisah yang bersambung. Sifat yang khas ini dapat dijadikan ukuran untuk membedakan nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya, karena yang terakhir justru menceritakan cerita yang bersambung. Banyak diantaranya yang mengungkapkan perasaaan sedih, putus asa karena kehilangan sesuatau atau cinta, sehingga menimbulkan keinginan keinginan yang tak mungkin tercapai.
(c) Nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya, yakni nyayian rakyat yang liriknya menceritakan kisah yang bersambung (coherent). Ke dalam jenis nyanyian nyayian seperti : Spiritual and other traditional religious song ( nyanyian rakyat yang bersifat kerohanian dan keagamaan lainya).
Tidak ada syarat tertentu untuk dapat menuturkan nyanyian panjang, namun itu tergantung dengan kisah yang akan dituturkan. Bagi penutur yang akan menuturkan Nyanyian panjang sejarah Saman Diwa harus punya hubungan darah dengan penutur sebelumnya. Selain itu, saat menuturkan Nyanyian panjang sejarah Saman Diwa sering kali penutur kesurupan. Maka ayakan padi berfungsi untuk dipukul pukulkan sebanyak tiga kali. Penutur yang akan menuturkan Nyanyian panjang sejarah Saman Diwa biasanya dengan berbagai sajen yang telah disiapkan terlebih dahulu. Sesajen tersebut berupa nasi pulut, ayam burik, pisang emas, serabi, bubur gemuk, beras kunyit, dan kemenyan.
Setelah sesajen disiapkan, mulailah penutur membakar kemenyan dengan membaca baca-babacan tertentu biasanya bacaan tersebut dalam bahasa Arab. Saat itulah penutur mulai mengingat jalinan kisah yang akan dituturkan secara lengkap dan dapat memangil roh roh orang yang telah meninggal dengan cara kesurupan. Mungkin, itu pulalah yang menjadi Nyanyian panjang jenis ini tidak dapat bertahan karena penonton tidak bisa mendengarkan jalinan cerita dan takut kalau kalau “ kena sasaran” penutur yang sedang kerasukan.

No comments:

Post a Comment