Sunday, July 20, 2008

GENEREASI PENERUS VS GENERASI TERUS MENERUS

Kamu yang sudah tua apa kabarmu
Katanya baru sembuh nyatanya sakit
Sakit ginjal dan encok sedikit syaraf
Hati hati pak tua istirahatlah
Di luar banyak angin.........
Sepengengal syair diatas yang dinyanyikan oleh kelompok Band Elpamas , kiranya Sangatlah pas dengan kondisi perpolitikan para seniman di Sumatera Selatan, polemik dimedia massa yang terjadi akhir-akhir ini, pasca berakhirnya Musyawarah Daerah Dewan kesenian Sumatera Selatan (Musda DKSS) yang berlangsung selama satu hari dihari dipertama sebelum jam 16.00 Wib, yang seharusnya dilakukan selama tiga hari 9-11 Juni 2008 di Hotel Swarna Dwipa, Proses persidangan sendiri tanpa melalui mekanisme persidangan yang benar lazimnya sebuah musda yang dilakukan oleh organisasi yang cukup besar sekelas Dewan Kesenian Sumatera Selatan, diantaranya pelaporan keuangan yang tidak transparan. Proses musda yang telah berjalan tidak sebagaimana mestinya tersebut telah berakhir dan dari hasil tersebut telah membentuk tim formatur untuk memilih kepengurusan baru yang terdiri dari lima orang, yakni : Djohan Hanafiah (DKSS), Toni Panggar Besi (Karo Kesra), Dra Norma (Dinas Budpar Propinsi Sumsel), R. Syahril Erwin (Dewan Kesenian Palembang), dan Ismet Inonu Singayudha (Dewan Kesenian Lahat), dan mulai bekarja selama satu minggu setelah tanggal ditetapkan.

Apa yang di kerjakan tim formature?

Semenjak tanggal ditetapnya tim formature pasca Musda Dewan Kesenian Sumatera Selatan tanggal 10 Juni 2008, seharus tim formature sudah mulai bekerja dan mulai memilih calon-calon mana saja yang cocok untuk duduk dikursi nomor satu Gubernurnya para seniman Sumatera Selatan. Setelah ditunggu tunggu hingga sekarang tanggal 20 Juli 2008 kerja tim formature belum juga kelihatan hasilnya, secara organisasi tim formature yang telah dibentuk tidak mampu bekerja secara baik, karena tim formature telah dimandatkan untuk memilih kepengerusan baru dalam tenggang waktu satu minggu setelah tanggal ditetapkan. Artinya tim Formature telah melanggar mekanisme yang ditetapkan dalam musda DKSS, sudah selayaknya tim Formature yang sudah terbentuk tersebut di bubarkan dan tampuk kepemimpinan sementara DKSS dikembalikan lagi kepada Pemerintahan Propinsi Sumatera Selatan.

Regenerasi kepengurusan dan perubahan Dewan Kesenian Sumatera Selatan

Pasca Musda DKSS dan mandulnya kerja tim formatur inilah polemik antara kaum muda dan tua mulai naik kepermukaaan. kelompok muda menginginkan pemimpin Dewan Kesenian Sumatera Selatan kedepan adalah sosok anak muda yang energik dan inovatip dan sebagai generasi penerus untuk memimpin para seniman di Sumatera Selatan, ide yang diusung kaum muda sanggatlah beralasan mereka menganggap kerja kerja yang dilakukan oleh pengurus DKSS terdahulu telah gagal, yang notabenenya kepengurusan terdahulu dipimpin oleh kelompok tua.
Disisi yang lain ada kelompok tua yang notabene adalah generasi terus menerus yang ingin mempertahankan kepemimpinan yang lama untuk tetap memimpin dan duduk menjadi orang no satu di Dewan Kesenian Sumatera Selatan. Seperti yang kita ketahui Dewan Kesenian Sumatera Selatan dibentuk untuk menaungi para seniman yang ada di Sumatera Selatan maka sudah sepantasnya fungsi DKSS dikembalikan ke hitanya, menjadi organisasi yang fungsinya melayani dan memafasiltasi bukan minta dilayani dan difasilitasi. Oleh sebab itu fungsi fungsi regenerasi adalah bagian yang terpenting dalam organisasi, artinya mandat tersebut harus dilaksanakan sebagai bagian dari proses demokrasi, jika proses regenerasi ini tidak dilakukan maka akan berdampak pada kualitas kepemimpinan DKSS, padahal tantangan yang akan dihadapi kedepan akan semakin berat.

1 comment: