Perseteruan seniman dengan Djohan Hanafiah soal jabatan Dewan Kesenian Sumatera Selatan (DKSS), membuat tokoh teater Sumsel, H.Nurhasan “gatal” untuk ikut berbicara. Kalau selama ini dia hanya memilih diam sembari mengikuti perkembangan, ternyata hatinya terusik juga untuk sekedar menanggapi mandulnya kerja tim Formatur DKSS.
Menurut dia,ketidakberdayaan tim formature memilih sosok ketua DKSS periode 2008-2013, tampak sarat dengan kepentingan politis yang justru merugikan perspektif seni budaya di Sumatera Selatan.
Mengapa begitu? “ Yah, kalau seniman memang kepengen DKSS diketuai tokoh muda, berikan saja kesempatan itu kepada anak muda yang mampu berkesenian dan cocok memimpin manajemen kesenian. Mengapa juga orang tua seperti saya ini misalnya, harus repot-repot bertahan di posisi ketua,” ujar Nurhasan.
Kalau dalam perkembangan situasi yang tidak sehat itu muncul di DKSS, kata Nurhasan, sebaiknya orang tua mundur. Jika kepentingan hanya untuk mempertahankan kursi jabatan ketua DKSS, tandas Nurhasan, komitmen moral tokoh tua akan dapat ditakar oleh anak anak muda. Akibatnya, wibawa tokoh tua jadi tidak berharga sama sekali.
“ Apalagi muncul hujatan dan ketidakpercayaan seniman di surat surat kabar, inikan melecehkan eksistensi kita sebagai orang tua. Menurut saya, sebaiknya dengan sikap yang bijak, pak Djohan harus memberi kesempatan kepada orang muda. Kalaupun masih kepingin mengayomi anak anak muda di DKSS, yah, posisinya tidak harus duduk di kursi ketua. Bahkan, menjadi sosok pembina di DKSS jauh lebih terhormat dibanding harus menjadi ketua tim formature yang kemudian menunjuk diri sendiri agar diangkat menjadi ketua DKSS. Sikap seperti inikan tidak mendidik seniman muda kita, “ ujar tokoh teater di era tahun 1960-1970-an itu tersenyum.
Justru, katanya, dengan duduk manis sebagai pembina, akan dapat melihat sacara jernih kemampuan anak anak muda mengendalikan manajemen kesenian, “ apabila nantinya mereka melenceng dari tataran organisasi, orang tua seperti saya ini bisa “ menjewer kuping” tukas Nurhasan, ketawa lebar.
Dulu, ketika dia masih aktif di DKSS, tiap tahun ada festival tari , baca puisi, serta kegiatan seni budaya lainnya, terutama teater. “ Kegiatan ini murni dilakukan DKSS dengan melibatkan seniman disini. Sedangkan kami hanya bertindak sebagai fasilitator,” katanya.
Apa yang diungkap Nurhasan tersebut , menurut sekretaris Dewan Kesenian Kota Palembang ( DKP), Vebrie Al-Lintani, memperlihatkan sikap bijak yang penuh kematangan dari seorang Nurhasan, selama ia berkesenian.
Justru Vebrie tidak melihat keluhuran sikap seperti itu di diri Djohan Hanafiah. “ Saya kecewa terhadap pak Djohan. Orang yang selama ini disebut sebagai budayawan yang patut dihormati, justru merusak tatanan berkesenian didaerah ini. Ah, benar-benar kelewatan,” keluh Vebrie.
Sebagai pengemban amanat musda DKSS ( ketua tim formature) Djohan dinilai Vebrie tidak demokratis. Justru dia mempengaruhi pihak pihak yang dekat dengan dia untuk menunjuk dirinya kembali menjadi ketua DKSS periode kedepan. Itu artinya, kata Vebrie, ia sudah ia sudah tidak mempunyai kepekaan etika atau baso plembangnyo, dak katek raso malu ke dengan diri dewek.
“ Sudah cukup bukti selam lima tahun mengurus DKSS tidak ada prestasi yang dia toreh buat mengembangkan potensi seni disini. Jangankan untuk tujuan itu, AD/ART DKSS saja tidak mampu ia rumuskan. Inikan sebuah kecacatan sejarah DKSS,” tegasnya.
Dengan tidak memiliki landasan AD/ART organisasi, berarti musda DKSS yang digelar hari selasa (10/6) lalu di Hotel Swarna Dwipa itu, secara organisatoris cacat hukum, atau dengan kata lain, tidak sah. Menyingung ikhwal tim formature yang sudah lebih dari tujuh hari memegang mandat musda DKSS, hingga kini belum membuahkan hasil untuk memilih figur ketua, Vebrie mengangapnya sebagai upaya yang gagal total.
Akibat pergelaran musda yang buruk, menyebabkan munculnya tanggapan negatif dari para seniman. Bahkan, katanya, seluruh seniman yang tidak “membebek “ ke Djohan Hanafiah, ingin adanya perubahan dalam kepengurusan DKSS periode ke depan.
“ Seniman tidak percaya lagi pada kinerja tim formature. Saya juga mencium adanya gelagat untuk merekayasa keadaan, agar pengurus lama duduk kembali ke posnya masing-masing. Kalau itu maksud rekayasanya, lebih baik tim formature dibubarkan saja. Jangan sampai terjadi gejolak yang lebih besar dikalangan seniman. Sedangkan kendali kepengurusan DKSS kembalikan ke Pempov ( Biro Kesra ), agar dibentuk kepanitian musyawarah seniman di dewan kesenian se-Seumsel. Dengan begitu akan tercipta suasana yang kondusif,” Pungkas Vebri. (an)
Tuesday, July 8, 2008
Seniman Minta Tim Formature DKSS Dibubarkan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment