Tuesday, May 5, 2009

SINOPSIS



ANAK PERAWAN DISARANG JABALAN

Gerombolan Medasing yang berjumlah enam orang bermukim di tengah hutan, di daerah lembah Lematang. Mereka keluar jika ada sasaran untuk merampok. Mereka akan tahu siapa orang yang kaya dan melewati daerahnya dari seorang kusir pembawa kabar (Samad). Maka, tersebutlah Kiaji Sahak, seorang saudagar kaya berasal dari Pagaralam yang baru saja menjual puluhan ekor kerbau di Palembang.

Suatu malam, mereka segera menyerang rombongan Kiaji Sahak. Hasilnya, mereka dapat membunuh Kiaji Sahak dan beberapa orang pengawal, di pihak Medasing salah seorang anggota gerombolan (Sohan) pun ikut gugur karena ditujah (ditikam) oleh pengawal Kiaji Sahak, sedangkan Kiaji Sahak mati terbunuh oleh kujur (tombak) Medasing. Dan Sayu, anak gadis Kiaji Sahak dilarikan ke dalam hutan oleh Medasing.
Setelah di dalam hutan ternyata, Sayu, sang perawan ini sangat di jaga oleh Medasing, entah karena alasan apa, sehingga tidak seorang jabalan pun berani mengganggu. Hanya Samad, yang berusaha mendekati dan berniat tidak baik pada Sayu. Karena itulah, ia mencari akal agar dapat mencelakai gerombolan ini.
Suatu ketika, lewatlah rombongan Belanda yang akan mengantarkan senjata ke tanah Besemah. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Samad. Dia segera pergi memberitahu Medasing bahwa akan lewat seorang toke kawe (kopi) yang kaya, dan bermalam di Lematang. Seperti biasanya, kabar dari Samad ini tidak disia-siakan oleh Medasing. Meskipun, jumlah gerombolan tinggal tiga orang. Sohan mati terbunuh, dan Amat pun mati setelah beberapa hari menderita akibat luka dibelakang badannya. Badan Amat dibuang ke dalam jurang oleh gerombolan jabalan ini. Bagi Medasing, sedikit atau banyak jumlah orang dalam gerombolannya tidak berpengaruh banyak. Dia tetap berani melaksanakan kerjanya, merampok orang kaya yang lewat di daerah kekuasaannya. Dalam penyerbuan kali ini, Medasing mengajak Samad yang meski pun gugup dan enggan tetapi tetap ikut. Tentu saja Samad harus ikut karena tidak berani membantah perintah Medasing.
Menjelang malam, para gerombolan ini pun pergi ke tempat sasaran. Medasing dengan gagah berani mendekati rombongan serdadu Belanda yang disangka toke kawe. Baru beberapa menit, para serdadu mengetahui kedatangan mereka, dan segera memberondongkan senjatanya ke arah gerombolan jabalan. Hasilnya, Samad melarikan diri, Sanif dan Tusin mati tertembak, sedangkan Medasing mendapat luka di bagian pinggir dadanya.
Dengan perasaan marah dan sesal Medasing kembali ke dalam hutan. Setiba di depan pondok, Medasing pingsan. Melihat keadaan ini Sayu segera merawat Medasing. Sejak saat ini sayu, selalu merawat dan berdialog dengan Medasing hingga akhirnya hati Medasing lunak dan mau mengantarnya kembali ke Pagaralam.
Perjalanan nasib sungguh tak dapat ditebak, Medasing menemukan jalan baru bagi kehidupannya. Dia kawin dengan Sayu, berusaha sebagaimana orang-orang di dusun. Karena kesungguhan mengubah nasib, Medasing pun mendapat kepercayaan hingga akhirnya dia menjadi Pesirah dan berubah nama menjadi Pesirah karim. Beberapa tahun setelah itu, Pesirah Medasing pun menunaikan Haji.
Akhir cerita, di lembah Lematang, sepulang dari pergi haji, Medasing dan keluarga serta rombongannya sempat bermalam di tempat dia pernah merampok Kiaji Sahak beberapa tahun lalu, dan menculik Sayu yang sekarang menjadi isterinya. Saat ini, dia bertemu dengan Samad, pembawa berita yang menjebaknya. Jika menuruti kehendak hati Medasing tentu Samad telah di bunuhnya, tetapi sekarang dia telah berubah nama menjadi Pesirah Kiaji Karim, karena itu, Samad diampuninya dan diberinya seekor kerbau, dan malah ditawarinya agar pindah ke Pagaralam dan menggarap kebon di sana.
Demikianlah, tragedi seorang manusia yang tanpa bisa ditebak bagaimana ujungnya. Medasing yang awalnya seorang jabalan yang kejam, akhirnya kembali ke jalan yang benar dan menjadi seorang yang Pesirah yang alim, kaya, dan disenangi masyarakatnya.

No comments:

Post a Comment