DESAKAN Forum Seniman Sriwijaya (FSS) yang menginginkan adanya pergantian Ketua Dewan Kesenian Sumatera Selatan (DKSS) dalam musda organisasi tersebut, menurut penyair dan seniman teater Anto Narasoma, merupakan dinamika positif yang harus berkembang di kalangan seniman.
Namun menurut Anto, keinginan itu harus disampaikan secara bijak dengan ungkapan santun dan menyejukkan suasana. ‘’Seniman itu intelektual lho. Jadi, untuk menyampaikan agar dalam Musda DKSS dilakukan pergantian ketua, sampaikan saja dengan cara yang santun dan bermartabat,’’ kata Anto.
Di belahan bumi mana pun, katanya, dalam berorganisasi, keinginan adanya usul perbaikan kepengurusan di tubuh sebuah organisasi, pasti muncul ke permukaan. ‘’Tapi hal itu tidak harus diumbar dengan cara marah-marah dan mencaci maki seseorang, sehingga dapat mencederai perasaan orang lain,’’ tuturnya.
Anto yakin, seorang Djohan Hanafiah yang dituakan dalam blantika seni budaya di Sumatera Selatan, merupakan orang bijak dan tahu diri dengan perkembangan situasi. Dalam konteks tersebut, Anto menyarankan kepada seluruh seniman yang tergabung dalam FSS untuk melakukan rembuk dari hati ke hati kepada pengurus DKSS, sehingga dicapai kesepakatan bagi pembaharuan itu.
‘’Setahu saya, Pak Djohan itu bukan tipe orang yang rakus kekuasaan, kok. Sepanjang kita mampu membangun komitmen untuk mengembangkan apresiasi seni-budaya di sini, Pak Djohan pasti rela memberi kesempatan kepada yang lebih muda untuk mengurus DKSS pada periode mendatang,’’ katanya.
Namun plus-minus selama periode kepengerusannya tentu saja ada. Sebab, tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang sempurna. Namun dengan segenap kelebihan dan kekurangan itu pula seorang Djohan dengan bijak akan memberi peluang kepada mereka yang muda dan mampu memimpin untuk menggantikan posisinya sebagai ketua DKSS periode mendatang.
Saat disinggung bahwa hingga kini DKSS tak memiliki AD/ART, Anto sempat kaget. Namun ia berharap untuk periode ke depan DKSS harus memiliki Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). ‘’Lucu kan kalau organisasi sekelas DKSS tidak memiliki AD/ART. Sedangkan organisasi kematian tingkat RT saja punya AD/ART. Ini harus segera dirumuskan agar aktivitas DKSS semakin berkualitas’’.
Sebagai seniman, Anto juga banyak menyorot perihal keberhasilan Dewan Kesenian Palembang (DKP) mengenai program kerjanya. Dengan landasan AD/ART yang kuat, DKP berhasil menggelar sejumlah kegiatan seni dan penghargaan kepada seniman Kota Palembang. ‘’Bahkan, selama kepemimpinan Yayak, misi DKP untuk memasukkan program kerjanya dalam APBD Kota Palembang, berhasil dilakukan. Saya pikir, orang muda yang komitmen seperti Yayak bagus juga diajukan sebagai kandidat ketua DKSS periode mendatang. Itu pun kalau dia bersedia,’’ pungkas Anto.
Sementara Muhsin Fajri, seniman teater, ketika jumpa pers beberapa waktu lalu, mengatakan, pergantian kepemimpinan DKSS hendaknya dilakukan secara terbuka. DKSS merupakan wadah para seniman, maka semua seniman harus dilibatkan dalam pemilihan ketua yang baru.
‘’DKSS itu kan wadah, mestinya juga harus bisa mewadahi aspirasi para seniman tanpa membeda-bedakan seniman itu sendiri. Seniman tidak hanya seni sastra atau teater, tapi juga ada seniman musik, tari, seni rupa dan lain-lain. Mereka harus dilibatkan,’’ ujar Muhsin.
Hal senada juga dikatakan Jonhar Saat yang selama ini masih eksis memimpin teater tradisional Dulmuluk. Dia menghendaki adanya kepemimpinan yang peduli dengan ‘rakyat’ (seniman—Red) yang dipimpinanya. ‘’Pemilihan ketua DKSS tak lebih seperti pemilihan walikota atau gubernur. Kita berharap ketua nanti harus bisa memperhatikan para seniman. Apalagi yang namanya seni tradisional, kalau nggak diperhatikan, pasti punah,’’ ujar Jonhar. (tj)
Namun menurut Anto, keinginan itu harus disampaikan secara bijak dengan ungkapan santun dan menyejukkan suasana. ‘’Seniman itu intelektual lho. Jadi, untuk menyampaikan agar dalam Musda DKSS dilakukan pergantian ketua, sampaikan saja dengan cara yang santun dan bermartabat,’’ kata Anto.
Di belahan bumi mana pun, katanya, dalam berorganisasi, keinginan adanya usul perbaikan kepengurusan di tubuh sebuah organisasi, pasti muncul ke permukaan. ‘’Tapi hal itu tidak harus diumbar dengan cara marah-marah dan mencaci maki seseorang, sehingga dapat mencederai perasaan orang lain,’’ tuturnya.
Anto yakin, seorang Djohan Hanafiah yang dituakan dalam blantika seni budaya di Sumatera Selatan, merupakan orang bijak dan tahu diri dengan perkembangan situasi. Dalam konteks tersebut, Anto menyarankan kepada seluruh seniman yang tergabung dalam FSS untuk melakukan rembuk dari hati ke hati kepada pengurus DKSS, sehingga dicapai kesepakatan bagi pembaharuan itu.
‘’Setahu saya, Pak Djohan itu bukan tipe orang yang rakus kekuasaan, kok. Sepanjang kita mampu membangun komitmen untuk mengembangkan apresiasi seni-budaya di sini, Pak Djohan pasti rela memberi kesempatan kepada yang lebih muda untuk mengurus DKSS pada periode mendatang,’’ katanya.
Namun plus-minus selama periode kepengerusannya tentu saja ada. Sebab, tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang sempurna. Namun dengan segenap kelebihan dan kekurangan itu pula seorang Djohan dengan bijak akan memberi peluang kepada mereka yang muda dan mampu memimpin untuk menggantikan posisinya sebagai ketua DKSS periode mendatang.
Saat disinggung bahwa hingga kini DKSS tak memiliki AD/ART, Anto sempat kaget. Namun ia berharap untuk periode ke depan DKSS harus memiliki Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). ‘’Lucu kan kalau organisasi sekelas DKSS tidak memiliki AD/ART. Sedangkan organisasi kematian tingkat RT saja punya AD/ART. Ini harus segera dirumuskan agar aktivitas DKSS semakin berkualitas’’.
Sebagai seniman, Anto juga banyak menyorot perihal keberhasilan Dewan Kesenian Palembang (DKP) mengenai program kerjanya. Dengan landasan AD/ART yang kuat, DKP berhasil menggelar sejumlah kegiatan seni dan penghargaan kepada seniman Kota Palembang. ‘’Bahkan, selama kepemimpinan Yayak, misi DKP untuk memasukkan program kerjanya dalam APBD Kota Palembang, berhasil dilakukan. Saya pikir, orang muda yang komitmen seperti Yayak bagus juga diajukan sebagai kandidat ketua DKSS periode mendatang. Itu pun kalau dia bersedia,’’ pungkas Anto.
Sementara Muhsin Fajri, seniman teater, ketika jumpa pers beberapa waktu lalu, mengatakan, pergantian kepemimpinan DKSS hendaknya dilakukan secara terbuka. DKSS merupakan wadah para seniman, maka semua seniman harus dilibatkan dalam pemilihan ketua yang baru.
‘’DKSS itu kan wadah, mestinya juga harus bisa mewadahi aspirasi para seniman tanpa membeda-bedakan seniman itu sendiri. Seniman tidak hanya seni sastra atau teater, tapi juga ada seniman musik, tari, seni rupa dan lain-lain. Mereka harus dilibatkan,’’ ujar Muhsin.
Hal senada juga dikatakan Jonhar Saat yang selama ini masih eksis memimpin teater tradisional Dulmuluk. Dia menghendaki adanya kepemimpinan yang peduli dengan ‘rakyat’ (seniman—Red) yang dipimpinanya. ‘’Pemilihan ketua DKSS tak lebih seperti pemilihan walikota atau gubernur. Kita berharap ketua nanti harus bisa memperhatikan para seniman. Apalagi yang namanya seni tradisional, kalau nggak diperhatikan, pasti punah,’’ ujar Jonhar. (tj)
No comments:
Post a Comment