Tuesday, January 22, 2008

ORKES REJUNG PESIRAH


Kesenian tradisional di Sumatera Selatan memiliki keragaman bentuk. Selain sastra tutur atau sastra lisan ada juga musik Batanghari Sembilan yang dimainkan dengan gitar tunggal secara melodius. Kedua bentuk seni ini merupakan bentuk yang khas yang dapat menunjukkan identitas daerah Sumatera Selatan. Di setiap suku di Sumatera Selatan memiliki jenis musik batanghari sembilan yang berbeda dengan suku lainnya, meskipun tampak sama. Keunikan lainnya, adalah steman senar gitar yang berbeda –paling tidak menurut beberapa pendapat ada sekitar 28 steman dan jenis petikan. Jika selama ini banyak orang beranggapan Sumatera Selatan tidak ada kekhasan dalam kesenian, tentu sinyalemen ini tidak tepat. Persoalannya, seni daerah Sumatera Selatan ini belum banyak dieksplorasi secara serius dan percaya diri.

Jika dtitinjau dari sisi estetika, irama-irama yang terkandung dalam sastra tutur dan musik batanghari sembilan pun amat indah dan beragam. Dibanding dengan kekhasan irama-irama lagu dari daerah lain, misalnya, Sunda, Minang, Batak, Jawa dan lain-lain, kekhasan irama musik Sumsel tidaklah kalah. Yang penting dilakukan saat ini adalah bagaimana penyajian dan pengemasan musik-musik yang beridentitas daerah agar dapat diminati oleh semua lapisan masyarakat.

Upaya pengembangan musik lokal ini tentu tidaklah mudah seperti yang dibayangkan. Pengaruh masa teknologi yang menggeser nilai-nilai menjadi lebih instan merupakan penyebab menurunnya minat masyarakat terhadap musik lokal. Anak-anak muda lebih tertarik menikmati musik yang terlepas dari akar budaya daerah. Selain itu, banyaknya ragam dan uniknya irama dan steman gitar musik ini membuat peminat-peminat yang ingin mengembangkan musik ini harus lebih banyak belajar pada orang-orang yang memahami. Sayangnya lagi, para pemain musik yang tinggal di dusun-dusun ini sudah banyak berkurang dan mungkin juga sudah uzur.

Bertolak dari pemikiran di atas itulah, ORKES REJUNG PESIRAH dibentuk sebagai kelompok musik yang akan mengali dan mengkreasikan musik-musik di Sumatera Selatan, seperti musik batanghari sembilan, dan irama-irama yang terkandung dalam sastra lisan. Berbagai bentuk kegiatan yang dapat dilakukan agar sastra tutur dan musik batang hari sembilan dapat bertahan, pertama, melakukan penelitian dan pengidentifikasian, kedua, pendokumentasian melalui pembuatan film dan pembuatan buku, ketiga, pertunjukan sastra tutur, baik dengan mempertahankan keaslian maupun dengan dengan cara revitalisasi, yakni mengemas pertunjukan sastra tutur menjadi menarik atau enak ditonton, tetapi dengan tetap mempertahankan keasliannya. ( Ali Goik )

No comments:

Post a Comment